Senin, 18 April 2011

Psikologi sosial anak tunadaksa

A.           LATAR BELAKANG PENTINGNYA PSIKOLOGI SOSIAL UNTUK ANAK TUNADAKSA
Ditinjau dari aspek psikologis anak tuna daksa cenderung merasa apatis, malu, rendah diri, sensitif dan kadang-kadang pula muncul sikap egois terhadap lingkungannya yang disebabkan oleh perkembangan dan pembentukan pribadi yang kurang didukung oleh lingkungan sekitar. Keadaan seperti ini mempengaruhi kemampuan dalam hal sosialisasi dan interaksi sosial terhadap lingkungan sekitarnya atau dalam pergaulan sehari-harinya. Masalah psikologis anak tuna daksa dipengaruhi oleh faktor internal yang berasal dari diri anak dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan keluarga dimana ia tinggal dan lingkungan masyarakat. Anak atau siswa tuna daksa yang satu dengan yang lain belum tentu sama apa yang dipikirkannya. Jadi meskipun sama-sama mengalami ketunaan, belum tentu apa yang dirasakan seseorang sama dengan yang dirasakan anak tuna-tuna lainnya. Dengan demikian psikologi sosial memiliki peranan yang sangat penting bagi anak tunadaksa untuk perkembangan dirinya dalam berinteraksi dengan lingkungnya Agar mereka lebih mandiri dan tidak selalu bergantungke pada orang lain. Selain itu untuk membentuk kepribadian dalam diri anak tunadaksa tidaklah hal yang mudah, butuh proses yag cukup lama.
B.            KEMANDIRIAN DAN KEUTUHAN PRIBADI ANAK TUNADAKA 
Kemandirian dan keutuhan merupakan segala kebutuhan anak yang menyangkut aspek fisik berupa mobilisasi dan psikososial, seperti rasa aman dan tidak selalu bergantung pada orang lain. Karena mereka kebanyakan memiliki sikap dan sifat minder serta tidak percaya diri atas kondisi dirinya yang mengalami kelainan akibatnya mereka sulit untuk berinteraksi dengan lingkungan sosil sekitar. Selain itu tuna daksa mengalami kesulitan melakukan gerakan secara bebas dan membutuhkan alat-alat khusus untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari Keterbatasan-keterbatasan fisik tersebut, membuat anak tunadaksa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang membutuhkan ketrampilan motorik. Karena kecacatannya, mereka juga sersing mendapat perlakuan yang berlebihan dari lingkungan sekitar, seperti rasa belas kasihan atau bahkan diremehkan dan dianggap jijik akibatnya anak tunadaksa menjadi sulit untuk mengembangkan kemandiriannya. Pada akhirnya mereka kerap tidak bisa mandiri dan masih bergantung pada orang lain. Untuk mencapai kemandirian dan keutuhan pribadi dapat dicapai melalui pendidikan.
C.           DUKUNGAN KELUARGA DAN SOSIAL MEMPENGARUHI PENYESUAIAN DIRI ANAK TUNADAKSA. 
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Bila orang tua terlalu melindungi anak-anaknya maka akan timbul ketergantungan kepada orang tua. Kehadiran anak cacat yang tidak dapat diterima oleh orang tua, ditolak, diacuhkan dan seakan-akan disingkirkan keberadaannya dan sikap masyarakat sekitarnya juga demikian akan merusak perkembangan pribadi serta sosial anak. Perkembangan dan pembentukan pribadinya sangat ditentukan oleh sikap positif keluarga di samping juga ditentukan masyarakat.
 Peran orang tua terhadap konsep diri dan kemampuan komunikasi interpersonal pada anak tuna daksa menunjukkan bahwa dukungan orang tua mempengaruhi pembentukan konsep diri anak tuna daksa dan nantinya akan mempengaruhi dalam komunikasi interpersonalnya. Perlakuan yang berbeda dari keluarga dan masyarakat akan menimbulkan kepekaan efektif pada para penyandang tuna daksa, yang tak jarang mengakibatkan timbulnya perasan negatif pada diri mereka terhadap lingkungan sosialnya. Keadaan ini menyebabkan hambatan pergaulan sosial penyandang tuna daksa. Jika keluarga dan lingkungan memberikan perlakuan positif, maka penyesuaian diri pada anak tunadaksa juga akan baik karena mereka merasa diterima di lingkungan keluarga juga sosialnya dengan keterbatasan yang dia milikinya.
                  Ada  empat faktor yang mempengaruhi perkembangan sikap anak tunadaksa, yaitu:
1)       Faktor keluarga
Keluarga atu orang tua merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap anak tunadaksa. Keluarga merupakan sosok yang dianggap penting dan yang paling dekat dengan mereka, jika keluarga bisa menerima kondisi anak dengan segala keterbatasannya maka kepribadian sikap anak akan berkembang bagus. Namun sebaliknya jika keluarga tidak bisa menerima maka sikap yang terbentuk akan buruk dan membuat ank cenderung bersikap negatif atau menyimpang.
2)       Faktor Lingkungan sosial masyarakat
Sosial masyarakat sangat besar pengaruhnya bagi anak tunadaksa. Lingkungan yang baik akan memberikan respon yang baik, sebaliknya lingkungan yang negatif maka akan menimbulkan sikap yang buruk pula pada pembentukan pribadi anak tudaksa.
3)       Faktor emosional
Sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Biasanya anak tunadaksa cenderung memiliki sikap apatis, malu, rendah diri, sensitif dan kadang-kadang pula muncul sikap egois serta emosinya labil sehingga gampang tersinggung dengan lingkungan sekitarnya.
4)       Faktor pengalaman pribadi
Apa yang telah atau pernah dialami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan anak tudaksa terhadap stimulus sosial dari dalam dirinya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar